Bagus Priyo Sembodo mengatakan dalam artikelnya bahua rumah tidak hanya bermakna tempat tinggal, tetapi juga bisa bermakna penghuni dan suasana. Rumah tangga islami adalah rumah tangga yang di dalamnya terdapat iklim yang sakinah (tenang),mauadah (penuh cinta) dan rahmah (sarat kasih sayang). Perasaan itu senantiasa melingkupi suasana "syurga" di dalamnya.
Rumah merupakan lembaga pendidikan karakter yang pertama dan utama. Dari rumahlah pendidikan karakter yang merupakan bagian dari akhlak mulia itu bermula. Sikap dan cara orangtua mendidik anak di rumah sangat mempengaruhi perilakunya di sekolah. Jika anak tidak diinginkan mengalami kesulitan di lingkungan sekolah, berikanlah mereka pendidikan yang tepat di rumah.
Allah memberi larangan pada orang-orang yang beriman:"Janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu". Untuk itu rumah tangga yang baik dituntut untuk menyediakan sarana-saranan pendidikan (tarbiyah islamiyah ) yang memadai, agar proses belajar, menyerap nilai dan ilmu sampai akhirnya penerapan dalam kehidupan bisa diujudkan. Internalisasi ini harus berjalan bertahap dan berkesinambungan. Tanpa hal ini, adab-adab islam tak akan bisa ditegakkan.
Anak-anak belajar dari melihat dan mendenngar. Orangtua sebagai imam adalah tauladan yang nyata bagi mereka. Bila orangtua sering keliru atau menyalahi nasehatnya, maka anak-anak akan terdidik jelek. Sebelum memerintah kebaikan atau melarang kejelekan, hendaklah orangtua memulai dari dirinya sendiri.
Giat belajar menjadi lebih mudah bagi seorang anak yang mendapati ibunya rajin membaca. Giat shalat menjadi lebih sulit jika anak kerap menyaksikan ayah dan ibunya tidak mempedulikan seruan adzan. Dalam proses penbentukan karakter anak, diperlukan orangtua yang konsisten dalam memberi teladan.
Dalam artikelnya Nuryana mengatakan bahua diperlukan keterlibatan yang sungguh-sungguh dari keluarga di rumah dalam pendidikan karakter.Hal ini akan membantu anak-anak mengembangkan visi jangka panjang yang membuat hidup mereka lebih bermakna, penuh etika, dan bermanfaat. Menjadi contoh bukan semata memperlakukan mereka dengan cinta dan kehormatan, tapi juga berhubungan dengan tindakan. Anak-anak kita mempunyai ribuan kali kesempatan untuk mengamatinya. Dengan demikian maka perilaku kita akan membekas dalam ingatan moral mereka.
Menjadi contoh dalam menguatkan karakter anak juga berhubungan dengan bagaimana bersikap, berbicara dan kepedulian kita terhadap orang lain. Kepedulian nyata terhadap orang lain yang diperlihatkan orang tua pada anak akan membekas sangat mendalam dalam ingatan mereka. Unsur penting yang lainnya dalan menjadi contoh adalah sikap moral yang kita ambil, terutama menyangkut sikap yang tidak populer bagi anak kita atau sesuatu yang aneh karena orangtua lainnya mengizinkannya.
Sikap menunjukkan nilai-nilai yang kita yakini akan membuat anak-anak tahu apa yang sangat kita pedulikan dan perjuangkan meskipun menghadapi resiko tertentu. Hal ini akan berpengaruh pada keberanian mereka untuk menunjukkan sikap menghadapi tekanan dari teman sebayanya.
Kita juga bisa meningkatkan pengaruh kekuatan contoh melalui figur orang lain. Misalnya mengundang seseorang yang dikenal memiliki karakter yang baik, memberikan kesempatan kepada anak untuk berbincang-bincang langsung dengan orang tersebut. Anak-anak akan mendapat keuntungan dari mendengarkan percakapan orang deuasa.
Kita juga bisa berbincang-bincang dengan mereka tentang teman sejati mereka dan berbagai pengalaman pertemanan yang mereka miliki. Kemudian mengirimkan mereka ke sekolah yang memiliki budaya karakter serta mendorong mereka untuk bergabung dengan kelompok sebaya yang baik.
Mengajak mereka terjun ke masyarakat dalam proyek-proyek kebaikan, juga sangat bermanfaat. Termasuk menunjukkan kepedulian kepada orang kurang beruntung yang mungkin belum pernah mereka temui. Jika kita ingin contoh memberikan dampak yang maksimal, anak-anak perlu mengetahui keyakinan-keyakinan yang mendasarinya. Kita memang perlu melatih apa yang kita nasehatkan, tetapi kita juga perlu untuk menasehatkan apa yang kita praktekkan. Karakter terbentuk melalui keaktifan anak untuk menangkap karakter yang dipertontonkan oleh orangtua dan keaktifan orangtua untuk mengajarkan karakter yang mereka inginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar