Arsip Blog

Artikel

Berantem Itu Baik!
Written By:
Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
          Ayah, Bunda, suatu saat beberapa orangtua menghampiri saya dan seorang diantaranya mengatakan “Abah, saya masih belum bisa menghentikkan anak berantem. Aduhh hampir tiap hari itu kakak-adik berantem melulu! Bagaimana mengatasinya, saya pusing melihatnya tiap hari seperti itu.” Lalu seorang ibu lain menimpali disebelahnya “Sama anak saya juga seperti itu. Kenapa sih anak-anak ini rajin banget berantem!”
         Lalu saya katakan kepada mereka ada beberapa hal yang dapat mereka lakukan agar mereka tidak pusing. “Pertama, ucapkan kalimat ‘alhamdulillah!’ saat mereka berantem dan jangan ‘astaghfirullah’. Kedua, bersahabatlah dengan berantem, jangan musuhi berantem karena berantem itu baik.”
“Nah lho?!”, bengong tuh parents....
         Lalu saya balik bertanya pada mereka, “adakah anak yang memiliki saudara di rumah yang bebas dari berantem alias tidak pernah berantem?” Sebagian besar menggeleng, tapi seorang ibu mengangkat tangan “Anak-anak saya tak pernah berantem tuh! Tak pernah pukul-pukullan!”
“Mereka pernah marahan kan? Mereka pernah berbeda pendapat kan? Mereka pernah rebutan mainan kan?” tanya saya.
“Oh iya ya”.
“Berantem itu memang ‘wajib’ tapi pukul-pukullan tidak kan bu?”
“Wah kalau begitu memang semua anak berarti pernah berantem ya Bah....”
***
         Ayah, Bunda, hampir semua anak yang memiliki saudara pasti pernah merasakan konflik. Konflik yang sering disebut dengan ‘bahasa pasar’ berantem ini bentuk bisa macam-macam, ada yang hanya berbeda pendapat, rebutan barang/makanan/mainan, hingga ada yang melibatkan fisik. Jika hampir tidak ada satu pun anak yang bebas dari pengalaman berantem, bukankah berarti berantem itu seperti sengaja diciptakan Tuhan untuk tujuan baik?
         Ya, saya ingin mengatakan kepada semua orang, awalnya konflik itu bagi anak adalah baik! Hal yang semua anak akan mengalaminya. Sehebat apapun orangtua mendidik anak, orangtua tidak bisa menghindarkan anaknya dari konflik. Konflik bagi orang dewasa tidaklah terlalu baik, tapi bagi anak, terutama anak-anak usia 12 tahun ke bawah konflik adalah kebutuhan! Bahkan, seorang pakar tumbuh kembang menganggap anak yang tak pernah bertengkar justru tidak normal! Nah, karena sebuah kebutuhan, pengalaman konflik pada anak-anak akan terus berulang. Meski sebagian orangtua tidak menyukainya dan meski orangtua ‘ratusan kali’ mengatakan ‘jangan berantem terus deh, berantem itu tidak baik!’
         Betapa tidak dibutuhkan, dari satu pengalaman hidup di masa kecil inilah anak-anak akan (seharusnya) mendapatkan bekal untuk menghadapi konflik hidup di masa depan. Tidak ada satu manusia pun setelah dewasa yang bebas dari konflik bukan? Karena itu, konflik pada anak seperti sengaja diciptakan Tuhan agar anak-anak kita dapat belajar bagaimana mereka kelak mengelola konflik di masa depan. Seperti seorang anak harimau atau kucing, yang saat mereka masih kecil sering terlihat bermain-main cakar-cakaran, konflik di masa kanak-kanak adalah ajang latihan bagi anak menghadapi konflik di masa depan. Ada banyak dari kita yang memiliki kompetensi hebat di bidang pekerjaan yang kita geluti, tapi karena tidak bisa menghadapi konflik membuat kita menjadi tak nyaman berlama-lama di tempat kerja.
          Setiap adik-kakak pasti akan bertengkar. Bahkan adik-kakak 700 persen kali lebih sering bertengkar ketimbang dengan teman sebayanya masing-masing. Karena, mereka tahu, bahwa adik atau kakaknya akan selalu ada, tidak akan pergi. Menurut studi, adik-kakak yang bermain bersama, meski saling mengejek, memiliki hubungan yang lebih dekat ketimbang adik-kakak yang bermain terpisah. Istilahnya Adik-kakak lebih baik berisik karena bertengkar ketimbang damai tapi berpisah. Berpisah dalam artian saling tak mau menyapa dan bergaul karena satu membenci yang lain.
        Konflik pada awalnya adalah baik bagi anak. Konflik berubah menjadi tidak baik saat orangtua tidak mengelola konflik anak dengan baik. Apalagi jika saat konflik, orangtua yang selalu menyelesaikan masalah. Akhirnya, anak tidak belajar apapun dari pengalaman konflik yang mereka alami. Saat misalnya seorang adik rebutan mainan dengan kakaknya, sebagian orangtua menyelesaikannya dengan mengatakan pada si kakak “Kakak, ngalah dong sama adik! Adik kan masih kecil....”
         Ayah, Bunda, jika penyelesaiannya seperti itu, lihatlah ternyata bukan hanya kita tak melatih anak menghadapi konflik, tapi justru kita melebarkan konflik pada anak. Lihatlah, ternyata praktik ketidakadillan juga dapat dimulai dari rumah bukan? Mengapa seorang kakak harus selalu mengalah pada adik? Adikknya masih lemah, begitu alasannya? Tapi, sampai umur berapa adik masih terus dibela? Mengapa kebenaran ditentukan oleh usia? Mengapa jika kakak membuat adik kecewa, dihukum? Mengapa jika adik yang melakukannya, adik tidak dihukum?
           Saat dua orang anak rebutan satu buah roti misalnya, sebagian orangtua menyelesaikannya dengan jalan instan dengan cara membagi roti itu jadi dua untuk anaknya “yang ini buat kakak yang itu buat adik”. Lihatlah praktik ini? Anak memang berhenti dari konflik (sementara), tapi siapa yang menyelesaikan masalahnya? Orangtua bukan? Mengapakah bukan anak yang dilatih untuk menyelesaikan masalahnya sendiri?
           Atau solusi lain yang sering dilakukan orangtua adalah selalu membelikan yang sama untuk semua anak, supaya tak rebutan! Jika anaknya dua, maka kuenya selalu dua dengan rasa yang sama. Jika anaknya laki-laki dua-duanya, maka saat beli mainan mobil-mobilan, dibelilah mobil dengan model yang sama.
           Jika solusinya seperti ini, sepintas ayah ibu melihat ini sebagai solusi. Tapi sebetulnya secara jangka panjang, efeknya anak jadi sulit menemukan identitas diri, karena dia bingung membedakan antara dirinya dengan saudara kandungnya.
Ayah, Bunda, yuk bantu anak kita mengelola konflik dengan baik. Konflik adalah sarana yang diciptakan Allah untuk anak belajar, belajar mengelola kehidupan. Yuk, bimbing mereka mengelola konflik.

1.Bersahabat dengan konflik
         Hal yang pertama kali harus Ayah dan Bunda fahami, konflik itu tidak bisa dihindari. Sekuat apapun kita berusaha, konflik itu akan hadir menghiasi kehidupan anak kita. Meski kita tidak menyukai dan mungkin anak kita pun bahkan juga tidak menyukainya, konflik pada anak-anak kita akan terus berulang. Wajar, karena manusia diciptakan Allah berbeda-beda karena itu akan terjadi perbedaaan keinginan, perbedaan pemahaman, perbedaan cara bersikap dan berperilaku. Perbedaan-perbedaan itu normal, sepanjang diekspresikkan dengan cara yang baik dan tidak merugikan siapapun.
        Karena itu, saya mengajak Ayah Bunda semua, yuk bersahabat dengan konflik, bukan memusuhi konflik. Semakin Ayah Bunda musuhi, maka semakin lelah dan pusinglah pikiran saat melihat anak-anak kita berkonflik. Maka, coba rubahlah perspesi Anda tentang konflik. Meski pikiran masih belum menerima, coba bantu tenangkan pikiran Anda dengan ucapkan kalimat ‘segala puji bagi Allah’ saat Anda melihat fenomena anak-anak tengah konflik.
        Semakin sering pikiran dan cara berpikir Anda dilatih dari sisi positif, memberikan persepsi positif atas sebuah peristiwa, termasuk konflik, semakin rileks Anda menghadapi anak-anak saat mereka tengah konflik.

2.Libatkan Anak
        Saat anak terlibat konflik dengan saudaranya, sah-sah saja Anda terlibat. Tetapi, sebaik-baiknya penyelesaian adalah yang melibatkan anak itu sendiri. Jika mungkin, orangtua hanya jadi fasilitator yang bertugas untuk membimbing anak untuk mencari solusi atas permasalahan yang mereka hadapi. Saat anak dilatih untuk menyelesaikan sendiri masalah yang ia hadapi, sejak saat itulah anak-anak memiliki modal untuk menghadapi masalah-masalah yang lebih kompleks di masa depan.
         Saat anak terlibat adu mulut mengenai siapa yang berhak untuk duduk di kursi depan mobil misalnya, padahal kursi depan mobil dekat supir itu hanya tersedia untuk satu orang, tak usah terburu-buru menghentikkan konflik anak dengan kalimat-kalimat solutif dari Anda: “sudah kalau tak ada yang mau ngalah, nggak usah ada yang ikut!” atau lagi-lagi dengan kalimat kuno “kakak, ngalah dong sama adik!”. Tapi mari kita kembangkan kalimat-kalimat yang membuat pikiran dan ide anak terlibat “kursi di depan hanya satu, gimana caranya biar semua kebagian, ayoo siapa yang mau kasih ide ka ayah?!” Jika anak berkeras dan bertegang untuk tetap ribut barulah kita bisa beri penekanan dengan kalimat “kalian harus putuskan dulu siapa yang di depan karena jika tidak kita belum bisa berangkat!” atau kalimat-kalimat lain yang senada.
           Jika anak rebutan sepotong roti padahal rotinya hanya satu, maka Anda dapat katakan pada mereka “Rotinya cuma satu, ayoo cari ide, bagaimana agar semuanya kebagian!” inilah metode yang melibatkan anak (otoritatif). Sedangkan metode lainnya adalah metode yang mengedepankan kekuasaan (otoriter) orangtua untuk menyelesaikan masalah anak “Rotinya cuma satu, sini mama bagi... ini buat adik dan ini buat kakak” atau yang lebih parah “Kalau kalian tak mau berbagi, sini rotinya mama makan!”
          Metode otoritatif memerlukan sedikit waktu dari Anda untuk bersabar memberi kesempatan anak menyelesaikan masalah, tetapi secara jangka panjang memudahkan orangtua sendiri karena tidak harus selalu mengatur dan menyelesaikan semua masalah anak. Sedangkan metode otoriter mungkin dapat menyelesaikan konflik anak lebih cepat tetapi secara jangka panjang justru menumpulkan kekuatan pikiran anak dan akhirnya merepotkan orangtua sendiri karena orangtua harus selalu yang menyelesaikan terlalu banyak masalah anak yang bahkan pada hal sepele sekalipun.
         Saat Anda memiliki dua anak, tidak harus dibelikan mainan dengan model yang sama atau makanan dengan rasa yang sama, biarkan anak memilih sesuai dengan selera mereka sendiri sepanjang dalam batas budget orangtua dan toleransi orangtua. Yang terbaik, kalau mau membelikan dua barang, biarlah anak masing-masing memilih yang dia sukai. Contohnya, kalau mau beli kaus, si kakak mau beli kaus biru, maka adik boleh cari warna lain, jika sama boleh-boleh saja, tetapi kalau bisa berbeda dari kakak. Kalau beli mainan, mungkin si adik memilih bola, sementara kakak diminta cari mainan yang berbeda.

3.Aturan yang jelas
         Anak-anak akan terus kesulitan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi terus mengulangi hal yang sama berulang-ulang karena kadang-kadang orangtua menerapkan aturan yang ‘samar-samar’ pada anak berkait dengan masalah-masalah yang biasanya dihadapi anak. Aturan itu untuk mengatasi ketidakaturan bukan? Setiap keluarga harus memiliki aturan yang jelas di rumah sesuai dengan nilai-nilai yang orangtua pegang sendiri. Minimal di rumah sendiri karena yang merepotkan jika konflik ini terjadi dengan anak lain yang bukan saudara anak kita, anak tetangga misalnya. Untuk ini mungkin ada dapat mengajak bekerjasama dulu dengan para orangtua anak-anak tempat anak Anda bergaul.

Ada beberapa aturan yang harus secara jelas menjadi aturan main di rumah kita sendiri:
a. Milik siapa?
       Siapapun di rumah harus meminta izin untuk menggunakan barang/mainan kepunyaan yang lain. Jika misalnya seorang kakak menginginkan untuk memainkan sepeda adik, maka ia harus izin sama adik. Jika adik tak mengizinkan, maka orangtua wajib menegakkan. Demikian juga jika adik memakai barang kakak dan kakak ternyata tak ridlo, adik harus mengembalikannya. Orangtua harus menegakkannya! Jika adik menangis, biarkan ia menangis. Jangan sampai keadilan dikalahkan perasaan . Menangis adalah strategi wajar seorang anak, tapi jika anda konsisten, dijamin, insya Allah anak menjadi tidak gampang nangis lagi.
       Cara mengembalikan sebaik-baiknya dilakukan metode yang melibatkan anak seperti yang pernah dicontohkan di atas: "Sekarang itu punya kakak, dan kakak tidak mengizinkan, kamu mau mengembalikan sendiri atau mama yang ambil dan kembalikan?" Tentu konsekuensinya berbeda. Jika anak mengembalikan sendiri maka anak misalnya tidak akan mendapatkan konsekuensi apapun, sebab perbuatan mengembalikannya sendiri sudah perbuatan baik. Tapi jika anak memilih orangtua yang mengembalikan, anak boleh diberikan konsekuensi karena dengan demikian anak tidak mau menanggung tanggung jawab atas perbuatan buruk yang telah dilakukan. Konsekuensinya bisa berupa penyitaan mainan, time out di kamar, dll Tentang jenis-jenis konsekuensi baca tulisan abah yang lain "bagaimana menghadapi perilaku anak yang keras".
      Tugas orangtua selanjutnya adalah melatih siapapun di rumah itu untuk belajar berbagi. Ceritakan cerita-cerita positif tentang berbagi melalui permisalan binatang, memakai jari-jari Anda sendiri, menggunakan ballpoint, menggunakan buku, menggunakan alat-alat lain yang mengenalkan anak tentang cara berbagi. Jika anak sudah mulai beranjak dewasa ceritakan tentang kehebatan orang-orang besar di dunia yang memiliki sensitivitas berbagi dan mengasihi seperti Rasululullah Muhammad, Abu Bakar, Salahudin Al-Ayubi, Mahatma Gandhi, Bill Gates, dll.

b. Siapa yang duluan & kapan bergantian?
        Tingkah anak-anak kadang bikin geli sekaligus bikin pusing orangtua. Ada saja yang mesti diributkan anak. Ada beberapa ‘inventaris’ keluarga yang sebenarnya bukan milik seseorang, alias sebenarnya milih ayah ibu atau milik semua orang di rumah, alias milik bersama, alias milik umum, diklaim oleh salah seorang anak menjadi seolah-olah menjadi miliknya. Malah kadang anak-anak ini maunya semuanya milik mereka. Duh!
        Rebutan kursi meja makan, rebutan kursi di mobil, rebutan memeluk ayah, rebutan memeluk ibu, rebutan diceritakan buku sama orangtua, dan contoh lain akan banyak kita temukan. Nah jika kasus seperti ini keputusan tertinggi Anda di manajer rumah yang bertanggung jawab terhadap keutuhan dan aturan main penggunaaan barang milik umum tadi. Silahkan buat aturan tentang penggunaan ‘inventaris umum’ tadi.
         Ada setidaknya dua metode yang dapat diterapkan: metode SIAPA DULUAN atau metode JADWAL BERGANTIAN. Metode mana yang mau dipilih, keputusan ada di tangan Anda. Insya Allah dua-duanya positif sepanjang dibicarakan dengan anak. Jika yang duluan di kursi depan dekan driver adalah si Kakak, maka adik tidak bisa menyerobot! Demikian juga sebaliknya, Kakak tak berhak mengusir adik karena aturannya sudah ditetapkan bukan?
              Tetapi, jika Anda merasa bahwa salah satu anak ‘terlalu cerdas’ sehingga tak pernah kehilangan akal untuk ‘mengakali’ adik dan akibatnya anak yang lain selalu ‘kalah’, maka metode SIAPA DULUAN dapat anda ganti dengan metode JADWAL BERGANTIAN. Jika hari ini yang duduk di depan mobil Kakak, maka keberangkatan berikutnya selalu adik! Mengenai siapa yang dapat menggunakan duluan, silahkan serahkan pada anak untuk memutuskan.

c.Boleh intervensi, saat mulai merugikan
           Orangtua boleh intervensi dan terlibat lebih dalam untuk membantu menyelesaikan konflik anak jika konflik anak tersebut sudah mengarah pada kekerasan fisik dan kekerasan verbal yang berlebihan. Saat salah seorang anak hendak memukul anak yang lain, orangtua harus memegang tangan anak sehingga ia tak jadi memukul.

d.Semua orang boleh marah, tetapi tidak menyakiti & merusak
          Silahkan terapkan ‘dekrit’ ini di rumah: “Siapapun di rumah ayah dan ibu boleh marah. Adik boleh marah sama kakak, kakak juga boleh marah sama adik jika merasa dirugikan. Tetapi, semua orang di rumah ini tidak diterima untuk menyakiti dan merusak. Mendorong itu menyakiti, memukul itu menyakiti, mencubit itu menyakiti, menendang itu menyakiti, melempar saudaranya dengan sebuah benda juga menyakiti. Juga di rumah ini tidak diterima merusak barang saat marah, melembar piring, gelas, buku, dan barang apapun tidak diterima. Jika ada yang mau marah silahkan keluarkan lewat mulut, silahkan bicara. Kalau adik tidak suka dengan perlakuan kakak bilang sama kakak ‘kakak, aku tidak suka!’ atau sebaliknya.
        Memang tak langsung bisa, tapi bimbing terus anak untuk mengungkap dan mengeluarkan perasaan-perasaan tidak nyamannya dengan cara yang lebih baik: lewat mulut! Jika anak-anak kita tak dilatih untuk mengeluarkan emosi-emosi negatifnya dengan cara yang baik, maka bisa jadi ia memiliki cukup tenaga untuk mengeluarkannya lewat jalan kekerasan! Latihlah terus anak untuk mengelola marahnya dengan cara yang baik (anger management).

           Turunan dari ini, orangtua harus menggali dari anak untuk memilih konsekuensi-konsekuensi yang mungkin akan anak dapatkan jika mereka melanggarnya. Biarkan anak-anak itu yang memutuskan konsekuensi seperti apa yang mereka akan dapat agar mereka merasa rugi dengan perbuatan mereka yang merugikan.
       Buat tawar menawar terhadap konsekuensi ini dengan orangtua. Jika anak mengajukan konsekeunsi yang tak sesuai, orangtua boleh tak menyetujuinya. Misalnya, saat anak memukul, anak mengajukan konsekeunsi minta maaf. Itu betul, tetapi ini sama sekali belum tepat. Karena anak akan gampang minta maaf tapi tak merasa rugi betul dengan perbuatannya yang merugikan. Orangtua juga boleh mengajukan tawaran pada anak misalnya: siapapun yang menyakiti akan diberikan konsekuensi misalnya: dikurangi uang jajan, dikurangi jam nonton tv/vcd, metode time out atau dikeluarkan dari rumah selama 10 menit atau tak boleh keluar kamar selama setengah jam seperit Nanny 911.

4.Syarat Melindungi yang Lemah
         Salah satu metode yang termasuk paling sering diterapkan oleh orangtua adalah bahwa KAKAK HARUS MENGALAH SAMA ADIK. Argumen utamanya: adik masih lemah! Maka yang kuat harus melindungi yang lemah! Atau adiknya masih belum mengerti, yang sudah mengerti harus mengalah pada yang belum mengerti.
         Argumen ini dapat dibenarkan tetapi harus hati-hati menerapkannya. Yang ideal adalah tetap menegakkan aturan-aturan jelas seperti di point ketiga. Tetapi jika orangtua menganggap sang adik masih terlalu lemah dan terlalu sulit untuk mengerti dan diberi penjelasan, orangtua boleh menggunakan METODE MELINDUNGI YANG LEMAH ini dengan beberapa syarat:

a.Lakukan pembatasan
      Saat orangtua menerapkan metode yang kuat mengalah pada yang lemah atau yang mengerti mengalah pada yang belum mengerti, orangtua harus memberikan ‘SOP’ yang jelas sampai kapan adik masih dianggap lemah sehingga belum dapat mengendalikan keinginannya secara wajar dan sampai usia berapa adik mash dianggap belum mengerti.
      Jika Anda bertanya kepada saya kira-kira kapan anak-anak tidak boleh lagi dibela, saya akan menjawabnya saat anak-anak sudah bisa membedakan mana tangan kanan dan mana tangan kirinya, kira-kira usia 3-5 tahun bergantung kemajuan perkembangan mental anak. Karena ketika mereka sudah bisa membedakan mana tangan kanan dan mana tangan kiri, sejak saat itulah anak-anak sudah dapat menyerap nilai-nilai dan sudah dapat membedakan mana baik dan mana yang buruk atau mana yang benar dan mana yang salah. Anda dapat mengatakan pada si Kakak “Ayah janji, nanti kalau adik sudah umur 3 tahun atau saat adik sudah bisa tau tangan kanan dan kirinya, ayah takkan bela adik lagi!”

b.Berikan reward lebih pada si Kakak yang mengalah
       Pemberitahuan bahwa si adik akan dibela secara terbatas sampai usia tertentu bagi si kakak sebetulnya belumlah cukup. Karena itu, kuatkan dengan cara memberi reward lebih pada si kakak saat si kakak mau mengalah pada adik. Reward itu tidak harus selalu berbentuk materi atau hadiah berupa benda atau barang yang ia sukai. Kalimat-kalimat positif dapat orangtua keluarkan saat itu juga, di TKP, saat orangtua memergoki kakak ternyata mau mengalah sama adik. “Sini sayang... mama mau bisik-bisik... kakak hebat, kakak memang anak mama yang paling mengerti, tidak seperti adik, adik dibilangi gimana juga sama mama, aduhh pokoknya susah, belum sepintar kakak ya! Insya Allah mama takkan bela lagi adik kalau adik sudah pintar kayak kakak!”
      Reward juga dapat berupa pemberitan otoritas lebih pada si kakak untuk melakukan sesuatu, yang belum dapat diberikan pada adik. Misalnya kakak dapat diberikan uang saku dan diberikan otoritas penuh untuk menggunakan uang saku itu sendiri, sementara adik belum dapat diberikan uang saku. Atau contoh lain Kakak dapat memilih VCD nya sendiri sepanjang aman dan disetujui ayah ibu sementara adik belum boleh membeli VCD. Dengan pemberian reward lebih ini, sang kakak akan merasa bahwa tidak rugi ia mengalah sama adik karena pada banyak hal lain ia justru diberikan kelebihan dan kewenangan lebih orangtuanya.

5.Fokuskan pikiran anak pada saling mencintai
    Semua orang ingin anaknya saling mencintai daripada saling memusuhi. Tetapi masalahnya adalah sebagian orangtua lebih memperhatikan anak saat mereka bermusuhan daripada saat mereka saling menyayangi. Maksud saya adalah sebagian orangtua lebih banyak ngomong saat anak-anaknya berantem daripada saat anak-anaknya bermain bersama. Karena itu, fokuskan pikiran anak agar saling mencintai saudaranya antara lain dengan beberapa cara:

a.Berikan perhatian pada saat mereka bekerjasama dibandingkan saat mereka berantem
       Sebagian orangtua justru memperhatikan anak dan terlalu banyak bicara pada anak saat mereka berantem ketimbang saat mereka bekerjasama. Jika seperti ini yang dilakukan secara tak sadar orangtua justru tengah memfokuskan anak untuk semakin sering berantem dibandingkan menyukai bekerjasama.
       Agar anak lebih menyukai bekerjasama daripada berantem, fokuskan pikiran anak pada bekerjasama daripada pada berantem. Caranya adalah dengan banyak memperhatikan anak dan memberi komentar positif ketika mereka sedang bermain bersama tanpa bertengkar, daripada pada saat mereka berantem. Misalnya dengan mengatakan, ”Pintarnya Kakak dan Adik main bersama,” atau, ”Kalian berdua rukun sekali, Bunda senang deh.” Dan kurangi untuk memberikan terlalu banyak komentar pada saat mereka berantem dengan sering mengatakan “Aduh! Kalian ini kok senangnya berantem!”

b.Mempersiapkan mental kakak sebelum kelahiran adik
       Jauh sebelum anak kedua lahir, Anda bisa melibatkan si calon kakak dengan aktivitas yang berhubungan dengan menyambut kehadiran adik barunya. Installkan informasi-informasi positif tentang enaknya punya adik, fokuskan pada kebaikan-kebaikan yang akan kakak dapatkan jika adik lahir. Bahwa akan ada teman baru untuk si kakak di keluarga kelak. Bahwa kakak bisa lebih banyak asyik lagi bermain. Bahwa si adik dapat menjadi seperti ‘boneka’ untuk si kakak. Banyak si kakak yang seperti ‘berubah’ perilakunya setelah adik lahir akibat kurangnya orangtua memersiapkan mental si kakak pada saat kelahiran adik.

c.Latih BERMUSYAWARAH
       WA’TAMIRUU BAINAKUM BIMA’RUUF, dan musyawarahkanlah diantara kamu dengan baik, demikian perintah Allah kepada manusia saat menghadapi konflik seperti tercantum dalam surat ke-65: At-Tholaq ayat 6. Latihlah terus anak-anak bermusyawarah saat mereka mendapatkan perbedaan dalam sebuah masalah. Biarkan mereka mengambil keputusan atas perselisihan yang mereka buat. Tidak mudah memang, tapi semakin sering dilatih, insya Allah anak-anak kita semakin terlatih untuk bermusyawarah.
         Orangtua boleh melakukan sedikit penekanan saat mereka enggan bermusyawarah saat salah satu atau semua anak kita BERSIKAP maunya menang sendiri. Metode yang dapat dilakukan misalnya, dengan mengeluarkan anak keluar rumah sementara dan mempersilahkan untuk menyelesaikan masalahnya di luar. Anak-anak baru diperbolehkan masuk ke dalam rumah jika mereka sudah mendapat keputusan bersama atas perselisihan yang mereka lakukan. Saat mereka berebut kursi di dekat driver, orangtua dapat mengatakan bahwa mobil tidak akan majukan atau tidak akan berangkat sampai mereka membuat keputusan.

*Tulisan ini dikutip dari buku best seller "Sudahkah Aku Jadi Orangtua Shalih?" yang ditulis oleh penulis
***

BERPIKIR BESAR UNTUK CIPTAKAN HAL BESAR
             ‘Jadikan penghalang dan kesulitan sebagai pelecut semangat memberikan yang terbaik’
Hidup memang tak pernah dapat ditebak kemana arahnya.Pun tak dapat dihindarkan dari silih bergantinya kesulitan dalam kehidupan.
            Kehidupan memang buah dari serangkaian pilihan yang kita ambil.namun demikian ,kehidupan memang hanya mencatat orang-orang yang berani dan konsisten melakukan hal-hal yang luar biasa.
Masa depan ini ada di tangan kita,kaum ibu.Di tangan dan di naungan pikiran kitalah akan terbentuk manusia-manusia yang berpikiran besar,jauh melesat ke depan.semuanya berasal dari kita.karena pikiran kitalah yang menjadi pola utama segala aktivitas dalam keluarga.
          Sungguh tak hanya sekedar rutinitas belaka atau sekedar menjadikan anak kita tumbuh dewasa.Melainkan sebuah mega proyek yang terbentang hingga akhirat.Inilah yang ada di tangan kita.Kitalah yang akan memetakan peradaban dunia melalui pikiran yang kita bentangkan di hadapan anak-anak kita dan sejumlah tindakan yang kita contohkan di hadapan mereka.
         Inilah yang ada di hadapan kita sekarang.Perjuangan membawa seluruh awak kapal keluarga memahami betul kemana tujuan akan dicapai.Bahkan sebisa mungkin mengajak kapal-kapal lain saling merapat,menyatukan visi,dan berjuang bersama hingga bisa mencapai kemuliaan yang dituju.
        Sungguh sesuatu tak akan menjadi besar tanpa kita sendiri yang mengusahakannya menjadi besar.Perubahan kehidupan bukanlah hadiah.perubahan menjadi besar,dimulai dari langkah awal menata hati.niat yang teguh,optimisme,dan keyakinan yang kuat merupakan amunisi terbesar yang mengantarkan orang-orang besar berhasil melakukan tindakan-tindakan besar yang memeperbaiki wajah peradaban.niat yang bersih dan optimismed tersebut akan menjadi kekuatan yang dahsyat manakala dilecut oleh semanngat tinggi.
        Berpikirlah sebesar mungkin apa yang dapat kita pikirkan dan lakukanlah sebaik mungkin dari hal sekecil apapun yang dapat kita lakukan.Agar hal-hal terbaik itu menjadi titian mencapai hasil yang terbesar.
Kita memang tidak dapat mewujudkan hal yang besar dalam sekejap mata.Tanpa berpeluh payah dan berjuang menyusunnya satu demi satu.Karena keberhasilan besar yang kita perjuangkan di masa depan adalah hasil upaya kita,menjadikan jam demi jam yang kita miliki hari ini,menjadi waktu melakukan yang terbaik untuk apa yang kita cita-citakan.
         Tak mudah dan pasti akan menguras energi dan emosi.Namun yakinlah bahwa kehidupan yang terindah adalah kehidupan yanng bermanfaat.kehidupan yang mampu memberikan kemuliaan bagi orang lain.Bangunlah manakala kesedihan melanda.jadikanlah ia sebagai perkara kecil yang tak akan memberatkan jiwa kita meraih kemuliaan tertinggi.

 TIPS BERSAHABAT DENGAN KOLESTEROL
1. Perhatikan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh.
2. Memperbanyak makanan yang berasal dari sayuran yang berwarna warni,seperti salad.
3. Minum air hangat sebelum tidur,kurangi makanan lemak,mie instan,dan gorengan
4. Minum air hangat,mengonsumsi bawang putih (garlic) atau minyak zaitun sebelum mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi.
Beberapa makanan yang dipercaya dapat menurunkan kolesterol adalah: buah tomat,susu kedelai,jus lemon,buah anggur,dan yang paling terkenal berkhasiat menurunkan kolesterol tubuh adalah temulawak (curcuma xanthorrhiza ).
Sumber: majalah hidayatullah agustus 2011

ENAM CARA MENJADI IBU BAHAGIA
1. Be positive( berpikir positf).Hendaknya para ibu menyadari bahwa tugasnya sebagai ibu adalah anugrah Tuhan YME.Ibu juga makhluk yang dipilih Tuhan YME untuk melahirkan dan mendidik insan yang kelak menjadi pemimpin di muka bumi.Bahkan,karena peran seorang ibu pun,seseorang bisa melakukan perubahan di dunia.Luar biasa bukan?
2. Be Thankful (Selalu bersyukur).Cobalah untuk selalu mencintai apa yang kita miliki,karena dengan mencintainya kita akan berusaha terus untuk aktif mengimprovisasi kekurangan-kekurangan yang ada.Mencintai apa yang kita miliki berarti bersyukur kepada Tuhan YME,bukankah dengan bersyukur Tuhan YME akan menambahkan nikmat-Nya?Maka,berbahagialah dengan senantiasa bersyukur.
3. Be Solver Problem.Ibu yang bahagia adalah ibu yang bisa melihat masalah dari berbagai sudut pandang.Ia menghadapi masalah bukan untuk dikeluhkan melainkan untuk dicari solusinya.Ia tidak fokus pada bebannya,tetapi fokus pada apa yang harus dilakukannya.Lihatlah masalah dari sudut pandang yang lain,karena hal tersebut bisa mengubah masalah menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri.
4. Be Dynamist.Jenuh?Bosan?Bete?Lakukanlah sesuatu yang baru untuk menambah wawasan dan pengalaman.Selipkan hobi di antara jadwal rutinitas walau hanya satu atau setengah jam.Tunaikan hak-hak hidup untuk Tuhan YME,diri sendiri,keluarga juga masyarakat.Laksanakan dengan seimbang,pasti kejenuhan bukan menjadi masalah lagi.
5. Be Learner.Jadilah seorang ibu yang pembelajar.Belajar dari segala sesuatu dalam kehidupannya,dari tingkah laku anak,sikap suami ,lingkungan,buku-buku,dan sarana lainnya untuk terus mengembangkan ilmu dan wawasan.Meski tidak memiliki ilmu pengetahuan tinggi, seorang ibu yang pembelajar akan memiliki kebijaksanaan,yang justru sangat membantunya dalam menyelesaikan problematika hidup.
6. Be Tawakal.Sesungguhnya ada sumber kebahagiaan yang lebih tinggi dari sanjungan dan pujian.Kebahagiaan yang tidak bisa digambarkan karena hanya hati kita yang merasakannya.Kebahagiaan tersebut ada ketika kita menyerahkan segalanya kepada Tuhan YME.
Sumber:Azti Arlina,Keep Smiling for Mom,Bandung:Mizania 2009.

BANGUN SABAR KETIKA TERJADI KONFLIK
        Seandainya suatu hari kita terlanjur marah,jangan kecil hati.Kita bisa melakukan hal berikut untuk memperbaikinya.
1. Bangun komunikasi ,bukan kemarahan.Berorientasi pada tujuan perbaikan dengan cara yang tulus,bijak dan cerdik.
2. Waspada terhadap suasana keimanan,perasaan dan pikiran diri sendiri yang sulit dikendalikan.Perkuat hubungan dengan Tuhan YME sehingga suasana hati dan pikiran menjadi lebih rasional.
3. Memaklumi, bahwa tidak ada manusia yang sempurna.Kita pun sangat mungkin pernah menyakiti orang lain.
4. Mengingat budi baik yang pernah dilakukan oleh orang yang menyakiti kita.
5. Mengingat akibat buruk dari kemarahan dan kebencian,baik pada diri sendiri atau keluarga.
6. Arahkan pikiran pada hal-hal yang bermanfaat dan positip,tidak memberi perhatian atau mengingat hal-hal yang menimbulkan kemarahan.
7. Menunda bertindak gegabah atau berkata dengan intonasi lembut dan memancarkan kesabaran dapat meredakan kemarahan seseorang.Kita pun tidak akan menyesal kemudian.
8. Merenungkan bahwa setiap mekhluk akan mati.Tujuan kita adalah selamat di akhirat,jadi jangan membalas dengan menyakiti.

NIKMATNYA MINUMAN PARA RAJA
           Teh merupakan salah satu minuman favorit.Selainrasa dan aroma yang khas,teh mempunyai efek relaksasi yang menenangkan.Beragam manfaatnya,secara klinik,juga kian terkuak dari waktu ke waktu.Seperti dikatakan Direktur Indonesian Society of Urologic Oncology,Prof Dr Rainy Umbas,Ph.D,Sp.U, teh hijau mampu mengurangi resiko terkena kanker.
         Meskipun begitu beberapa penelitian juga mengungkapkan,teh mempunyai efek negatif akibat kafein yang dikandungnya.Untuk menghindari efek negatif itu teh sebaiknya tidak disajikan terlalu kental.Bila ingin menggunakan gula sebaiknya menggunakan gula batu,bukan gula pasir.Dan hindari meminum teh dengan es karena dapat menyebabkan kerusakan pada lambung.Memberi jeda dua jam setelah makan untuk minum teh juga disarankan agar usus mempunyai waktu untuk menyerap makanan.
Sumber:majalah umi agustus 2011

KEBAHAGIAAN ISTRI KEBAHAGIAAN SUAMI
        "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti" (Ar-Rum (30):21).
       Membahagiakan istri merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan kehidupan berumah tangga. Akan banyak sekali keuntungan yang akan diperoleh jika istri kita merasa berbahagia bersama dengan kita. Betapa sukses hidup Rasulullah dan para sahabat akibat peran istri-istri mereka yang merasa menjadi manusia yang dibahagiakan oleh suami-suami mereka.
        Adanya ketentraman dalam sebuah rumahtangga merupakan prasyarat bagi lancarnya pencapaian tujuan berumah tangga. Tiap anggota keluarga memiliki tugas dan cita-cita yang harus dikejar dalam hidup ini. Suami bertugas sebagai pemimpin sekaligus pencari nafkah. Seorang istri adalah ratu yang mengatur kodisi rumah tangga sekaligus madrasah bagi anak-anaknya untuk mengenal dunia. Anak-anak adalah tunas yang harus tumbuh dan berkembang hingga dapat menjadi sumber kebahagiaan bagi keluarga dan masyarakat. Semua tugas dan cita-cita itu hanya dapat terlaksana manakala suasana damai dan tentram selalu hadir dalam rumah.
         Betapa sulit mencapai semua tujuan dan cita-cita tersebut manakala suasana yang hadir dipenuhi dengan amarah, saling curiga dan tak peduli satu sama lain. Dari banyak kasus kegagalan dalam membina rumah tangga seringkali dimulai dari tercabutnya rasa aman dan damai dari rumah. Dan, peran istri untuk menghadirkan suasana syurgaui itu tak dapat diganti oleh orang lain. Manakala istri merasa bahua suami memberinya kebahagiaan, maka tugas mengurus rumah tangga akan mudah dikerjakan.
         Kebahagiaan bukanlah terletak pada banyaknya harta dan tinginya jabatan, tetapi ia berada di dalam hati. Tumpukan materi dan sanjungan yang tiada henti bukan prasyarat seseorang untuk bahagia. Semuanya bermuara pada hati. Seorang suami harus memiliki kelembutan dan kepekaan rasa. Ia harus tahu kapan hati istrinya luka. Uanita pemalu biasanya hanya menyimpan saja luka di dalam hatinya tanpa mau mengatakan kepada siapapun, ualaupun terhadap suaminya. Tak ada nasehatpun yang dapat diterima oleh istri manakala kita menyampaikannya dengan kemarahan atau tak menenggang perasaan istri.
         Rasulullah pun memberi label pada laki-laki bahua yang paling baik di antara mereka (para suami) adalah yang paling baik sikapnya terhadap istrinya, "dan aku adalah orang yang paling baik di antara kamu terhadap istri". Demikian sabda beliau, marilah kita kenali dan kita perlakukan hati istri-istri kita dengan baik agar mereka dapat berbahagia agar tujuan kita dalam membentuk keluarga yang mauaddah dan rahmat tercapai. (disadur dari ceramah Ust.Mudzakkir M Arif, Pstm Darul Istiqomah Maros Makassar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar